TAFSIR TAHLILI (Tafsir Surah Al-Qashash Ayat 53-59)

 

MAKALAH

TAFSIR TAHLILI

(Tafsir Surah Al-Qashash Ayat 53-59)

Dosen Pengampu          :

Dr. Safria Andy, MA

                                      


                            

                               

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

2021


PEMBAHASAN

A.    Penamaan Surah Al-Qashash

Alasan penamaan surah ini sebagai Qashash karena mengangkat kisah-kisah yang berkaitan dengan sebagian nabi. Di antaranya adalah kisah Nabi Musa as yang dijelaskan secara panjang lebar (semenjak ayat 1 hingga ayat 46). Pada ayat 25 juga menyebut kisah ini sebagai qashash. Nama lain surah ini adalah surah Musa dan Fir'aun. Surah Al-Qashash merupakan surah ke-14 yang dimulai dengan huruf muqattha'ah. Berdasarkan susunan mushaf surah Al-Qashash ini adalah surah ke-28 dan surah ke-49 sesuai dengan urutan pewahyuan Al-Quran. Surah ini adalah salah satu surah yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah). Surah Al-Qashash terdiri dari 88 ayat, dan menurut sebagian qari terdiri dari 87 ayat dimana yang masyhur dan lebih tepat adalah pendapat pertama. Surah ini memiliki 1443 kata dan 5933 huruf. Dari sisi isi, surah Al-Qashash termasuk salah satu surah berukurang sedang dan sedikit lebih dari setengah juz Al-Quran.

 

B.     Tafsir Surah Al-Qashash Ayat 53-59

 

1.      Surah Al-Qashash Ayat 53

 

وَإِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا بِهِۦٓ إِنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّنَآ إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِۦ مُسْلِمِينَ

Artinya : “Dan apabila dibacakan (Al Quran itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya; sesungguhnya; Al Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya).”

 

Ø  Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 53. Ketika dibacakan kepada mereka, maka mereka berkata, “Kami beriman kepadanya, sesungguhnya Al-Qur`ān itu adalah benar adanya tidak ada keraguan padanya bahwa ia diturunkan dari Rabb kami. Sesungguhnya sebelum kedatangan Al-Qur`ān ini kami telah beriman kepadanya berdasarkan keimanan kami kepada kitab risalah yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya.

 

Ø  Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 53. Dan jika orang-orang terdahulu yang beriman itu mendengar al-Qur’an dibacakan, maka mereka akan berkata: “Kami beriman kepadanya karena ia mengandung hidayah yang diturunkan Tuhan kami, dan kami beriman kepadanya sebelum ia diturunkan kepada Muhammad, karena agama di sisi Allah hanyalah Islam.”

 

Ø  Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Yakni maka mereka mendengarkan dan tunduk kepadanya. Karena sejalan dengan yang dibawa para rasul dan sesuai dengan yang disebutkan dalam kitab-kitab, di samping itu beritanya benar, perintah dan larangannya sangat bijaksana. Persaksian dan ucapan mereka ini bermanfaat bagi mereka, karena keluar atas dasar ilmu dan bashirah (mata hati) di mana mereka adalah orang-orang yang adil. Adapun Ahli Kitab yang lain yang menolaknya, maka keadaannya antara jahil (tidak tahu), pura-pura jahil atau menentang yang hak. Oleh karena itulah dalam ayat lain Allah berfirman, “Katakanlah, "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak perlu beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,” (Terj. Al Israa’: 107) Yakni orang yang mentauhidkan (mengesakan) Allah. Oleh karena itu, Allah meneguhkan kami di atas keimanan sehingga kami benarkan pula Al Qur’an, kami imani kitab sebelumnya dan kitab yang datang sekarang, sedangkan selain kami membatalkan keimanannya kepada kitab sebelumnya karena mendustakan Al-Qur’an

 

2.      Surah Al-Qashash Ayat  54

 

أُولَٰئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
 

Artinya : “Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.”

Ø  Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 54. Orang-orang yang disebutkan dengan kriteria tersebut, Allah memberi pahala amal perbuatan mereka dua kali lipat karena kesabaran mereka dalam beriman kepada kitab mereka dan kepada Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tatkala beliau diutus sebagai Rasul, dan mereka menebus dosa-dosa yang pernah mereka kerjakan dengan kebaikan dari amal perbuatan mereka yang saleh serta mereka menafkahkan di jalan kebaikan apa yang Kami rezekikan kepada mereka.

 

Ø  Tafsir Quran Surat Al-Qashash Ayat 54. Orang-orang yang telah disebutkan sifat-sifat (ciri-ciri) nya itu, mereka diberi pahala dua kali atas keimanan mereka terhadap kitab suci mereka dan keimanan mereka terhadap al-Qur’an dengan kesabaran mereka. Dan termasuk karakter mereka, bahwasanya mereka menolak keburukan dengan kebaikan, dan mereka menafkahkan sebagian yang Kami rizkikan kepada meeka di jalan kebaikan dan kebajikan. Apabila mereka mendengar perkataan batil, mereka tidak memfokuskan pendengaran mereka untuk menyimaknya. Mereka berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan kami tidak akan membelok darinya. Dan bagi kalian perbuatan-perbuatan kalian dan dosanya menjadi tanggungan kalian sendiri. Kami tidak ingin menyibukkan diri untuk membantah kalian, sedang kalian tidaklah mendengar dari kami kecuali hal-hal baik saja. Kami tidak ingin berkomunikasi kepada kalian atas dasar kebodohan kalian. Sebab sesungguhnya kami tidak ingin jalan orang-orang jahil dan tidak menyukainya.” Ini termasuk kata-kata terbaik yang diucapkan para da’i yang mengajak manusia kepada Allah.

 

3.      Surah Al-Qashash Ayat 55

 

وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ

 

Artinya : “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.”

Ø  Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 55. Ketika mereka mendengar ucapan yang sia-sia yaitu cacian, cemoohan dan ejekan dari orang-orang kafir, maka mereka menghindarinya dengan sopan dan penuh penghormatan serta berkata: “Bagi kami amal kami berupa keimanan dan agama, dan bagi kalian amal kalian berupa agama kalian. Kekufuran kalian tidak membahayakan sedikit pun bagi kami, begitu juga iman kami tidak membahayakan kalian. Semoga keselamatan atas kalian, Salam perpisahan dan salam keamanan dari kami. Kami tidak akan membalas kalian dengan keburukan. Kami tidak mencari persahabatan dengan orang-orang bodoh dan tidak juga menginginkannya”

 

Ø  Tafsir Jalalayn (Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat) berupa makian dan perlakuan yang menyakitkan dari pihak orang-orang kafir (mereka berpaling daripadanya dan berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagi kalian amal-amal kalian, kesejahteraan atas diri kalian), yaitu salam selamat tinggal, yang dimaksud adalah kalian selamat dari cacian kami dan hal-hal lain (kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.") maksudnya tidak mau berteman dengan mereka.

 

4.      Surah Al-Qashash Ayat 56

 

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

Ø  Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 56. إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ (Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi) Dan itu bukan urusanmu. وَلٰكِنَّ اللهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ ( tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya) Yakni yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk. وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk) Yakni Allah mengetahui orang yang layak mendapat petunjuk. Ayat ini diturunkan untuk Abu Thalib saat ia enggan untuk masuk Islam, padahal Rasulullah sangat ingin menjadikannya beriman. Namun akhirnya ia mati di atas agama Abdul Mutthalib (kemusyrikan), sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahihain dan lainnya.[1]

Ø   Tafsir Quraish Shihab Wahai Rasul, sesungguhnya kamu sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu, tetapi kamu tidak memiliki kemampuan untuk memasukkan semua orang yang kamu cintai ke dalam agama Islam. Allahlah yang memberi petunjuk keimanan kepada orang yang dapat menerima dan memilih petunjuk di antara mereka. Dialah yang mengetahui, dengan ilmu yang tiada bandingannya, tentang orang-orang yang akan masuk ke dalam barisan orang-orang yang diberi petunjuk.

 

5.      Surah Al-Qashash Ayat 57

 

وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا ۚ أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آمِنًا يُجْبَىٰ إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya : Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami". Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”

Ø  Tafsir Ibnu Katsir Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan alasan sebagian orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti jalan petunjuk. Mereka berkata kepada Rasulullah Saw, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami diusir dari negeri kami. (Al-Qashash: 57) Yakni kami takut jika mengikuti petunjuk yang kamu sampaikan dan menentang orang-orang Arab musyrik yang ada di sekitar kami, maka mereka akan mengganggu kami, memerangi kami, dan mengusir kami dari tempat kami berada. Dengan kata lain, apa yang mereka kemukakan sebagai alasannya adalah dusta dan tidak benar sama sekali; karena sesungguhnya Allah menempatkan mereka di negeri yang aman dan tanah suci yang besar, yang sejak pertama kali telah aman. Maka bagaimanakah tanah suci ini menjadi tanah yang aman bagi mereka, padahal mereka kafir dan syirik, sedangkan bagi kaum yang beriman dan mengikuti jalan yang benar menjadi kota yang tidak aman bagi mereka? Yaitu semua buah-buahan yang beraneka ragam dari daerah sekitarnya, seperti dari Taif, juga dari tempat-tempat lainnya, begitu pula barang dagangan dan keperluan lainnya. Karena itulah mereka mengatakan perkataan tersebut.

 

Ø  Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, dari Ibnu Juraij, bahwa telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa Amr ibnu Syu'aib pernah meriwayatkan dari Ibnu Abbas —tetapi ia tidak mendengarnya langsung dari Ibnu Abbas— bahwa Al-Haris ibnu Amir ibnu Naufal adalah orang yang mengatakan apa yang disitir oleh firman-Nya: Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami. Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupan­nya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kami adalah pewarisnya. Dan tiadalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibu kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.

 

6.      Surah Al-Qashash Ayat 58

 

وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا ۖ فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِنْ بَعْدِهِمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ

Artinya : “Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebahagian kecil. Dan Kami adalah Pewaris(nya).”

Ø  Tafsir Ibnu Katsir Maksudnya, penduduk kota yang kelewat batas, jahat, lagi ingkar kepada nikmat-nikmat Allah yang telah Dia anugerahkan kepada mereka berupa rezeki yang berlimpah. Yakni tempat tinggal mereka telah menjadi puing-puing, sehingga tiada lagi kelihatan rumah-rumah bekas mereka itu. Artinya, dijadikan sebagai puing-puing yang tiada lagi penduduknya.

 

Ø  Ibnu Abu Hatim telah menyebutkan suatu riwayat dalam hal ini melalui Ibnu Mas'ud yang pernah mendengar Ka'b berkata kepada Umar Radhiyallahu Anhu bahwa sesungguhnya Nabi Sulaiman pernah berkata kepada burung hantu, "Mengapa kamu tidak memakan tanam-tanaman?" Burung hantu menjawab, "Karena tumbuh-tumbuhan itulah yang menyebabkan Adam diusir dari surga." Sulaiman bertanya, "Mengapa kamu tidak meminum air?" Burung hantu menjawab, "Karena Allah telah menenggelamkan kaum Nuh dengan air itu." Sulaiman bertanya, "Mengapa kamu tidak bersarang di puing-puing?" Burung hantu menjawab, "Karena tempat yang telah menjadi puing-puing itu adalah warisan Allah." Kemudian burung hantu itu membacakan firman-Nya: Dan Kami adalah pewarisnya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman menceritakan tentang keadilan-Nya, bahwa Dia tidak akan membinasakan seseorang yang berbuat aniaya kepada-Nya, melainkan hanya membinasakan orang-orang yang telah ditegakkan hujah Allah atas mereka.  [2]

 

7.      Surah Al-Qashash Ayat 59

 

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ

 

Artinya : “Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”

Ø  Tafsir Ibnu Katsir Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa nabi yang ummi yaitu Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam yang diutus dari Ummul Qura (Mekah) adalah utusan bagi semua penduduk kota, baik dari kalangan bangsa Arab maupun non-Arab. Bahwa yang dimaksud dengan ummiha ialah ibu kota dan kota-kota yang terbesarnya. Demikianlah menurut pendapat Zamakhsyari, dan Ibnul Jauzi serta selain keduanya, pendapat ini tidak terlalu menyimpang dari kebenaran.

 

Ø  Tafsir Jalalayn (Dan tiadalah Rabbmu membinasakan kota-kota) disebabkan kezaliman yang dilakukan oleh para penduduknya (sebelum Dia mengutus di ibu kota itu) yakni pada kota terbesar negeri itu (seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka dan tidak pernah pula Kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kelaliman) yaitu mendustakan Rasul-rasul.[3]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://tafsirweb.com/7106-quran-surat-al-qashash-ayat-53-56.html

https://alqur’anmulia.wordpress.com/2014/10/06/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-qashash

https://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-59#tafsir-jalalayn



[1] https://tafsirweb.com/7106-quran-surat-al-qashash-ayat-56.html

[3] https://tafsirq.com/28-al-qasas/ayat-59#tafsir-jalalayn

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENTINGNYA MENJAGA WAKTU

DOA BERBUKA PUASA SESUAI SUNNAH