TAFSIR TAHLILI TAFSIR SURAH AL-ANKABUT AYAT 12-18
RINGKASAN
TAFSIR TAHLILI
TAFSIR SURAH AL-ANKABUT
AYAT 12-18
Dosen Pengampu:
Ust Dr. H. Safria Andy, MA
Disusun Oleh:
Sri Dinda
Lestari (0403182065)
KELOMPOK 3/IAT VB/ Sem V
JURUSAN ILMU AL – QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USSULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUMATRA UTARA
2020/2021
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 12
وَقَالَالَّذِينَكَفَرُوالِلَّذِينَآمَنُوااتَّبِعُواسَبِيلَنَاوَلْنَحْمِلْخَطَايَاكُمْوَمَاهُمبِحَامِلِينَمِنْخَطَايَاهُممِّنشَيْءٍإِنَّهُمْلَكَاذِبُونَ
Terjemahan: Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang
beriman: “Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu”, dan
mereka (sendiri) sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka.
Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta.
Tafsir Jalalain: وَقَالَالَّذِينَكَفَرُوالِلَّذِينَآمَنُوااتَّبِعُواسَبِيلَنَا
(Dan berkatalah orang-orang kafir
kepada orang-orang yang beriman, “Ikutilah jalan kami) maksudnya cara mereka
dalam beragama وَلْنَحْمِلْخَطَايَاكُمْ (dan nanti kami akan memikul dosa-dosa kalian”) karena
kalian menuruti kami jika memang kalian berdosa. Lafal Amar sekali pun sebagai
kalimat Insya’ akan tetapi menunjukkan makna Khabar atau kalimat berita.
Maka Allah berfirman وَمَاهُمبِحَامِلِينَمِنْخَطَايَاهُممِّنشَيْءٍإِنَّهُمْلَكَاذِبُونَ (dan mereka sendiri sedikit pun tidak sanggup memikul
dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar pendusta) dalam
perkataannya itu.
Tafsir Ibnu Katsir: وَلْنَحْمِلْخَطَايَاكُمْ(“Dan Kami nanti akan memikul kesalahan-kesalahanmu.”)
yaitu dosa-dosa kalian. Jika kalian memiliki dosa, itu menjadi tanggung jawab
kami dan berada di pundak kami. Sebagaimana seseorang berkata: “Kerjakan ini !
kesalahanmu ada di pundakku.” [1]
Allah Ta’ala berfirman: وَمَاهُمبِحَامِلِينَمِنْخَطَايَاهُممِّنشَيْءٍإِنَّهُمْلَكَاذِبُونَ
(“Dan mereka sedikitpun tidak memikul
dosa-dosa mereka. sesungguhnya mereka adalah benar-benar pendusta.”) atas apa
yang merek katakan, bahwa sesungguhnya mereka sanggup menanggung
kesalahan-kesalahan mereka. tidak ada seorang pun yang akan menanggung dosa
orang lain.
Firman Allah yan artinya: “Dan jika
seseorang yang berat dosanya memanggil [orang lain] untuk memikul dosanya, itu
tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun [yang dipanggil itu] kaum
kerabatnya.” (Faathir: 18)
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 13
وَلَيَحْمِلُنَّأَثْقَالَهُمْوَأَثْقَالًامَّعَأَثْقَالِهِمْوَلَيُسْأَلُنَّيَوْمَالْقِيَامَةِعَمَّاكَانُوايَفْتَرُونَ
Terjemahan: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka,
dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan
sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu
mereka ada-adakan.
Tafsir Jalalain: وَلَيَحْمِلُنَّأَثْقَالَهُمْ
(Dan sesungguhnya mereka akan memikul
beban mereka) dosa-dosa mereka وَأَثْقَالًامَّعَأَثْقَالِهِمْ (dan beban-beban dosa yang lain di samping beban-beban
dasa mereka sendiri) disebabkan perkataan mereka kepada orang-orang yang
beriman, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya tadi, yaitu, “Ikutilah
jalan kami”, dan juga disebabkan penyesatan yang mereka lakukan kepada
orang-orang yang mengikuti mereka,
وَلَيُسْأَلُنَّيَوْمَالْقِيَامَةِعَمَّاكَانُوايَفْتَرُونَ
(dan sesungguhnya mereka akan ditanya
pada hari kiamat tentang apa-apa yang selalu mereka ada-adakan) yakni kedustaan
mereka terhadap Allah. Pertanyaan ini menunjukkan nada celaan, dan huruf Lam
yang terdapat pada kedua Fi’il tadi menunjukkan makna Qasam, sedangkan Fa’il
masing-masing yaitu berupa Wau Dhamir Jamak dibuang, dan demikian pula huruf
Nun alamat Rafa’nya.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah:وَلَيَحْمِلُنَّأَثْقَالَهُمْوَأَثْقَالًامَّعَأَثْقَالِهِمْ
(“Dan sesungguhnya mereka akan
memikul beban [dosa] mereka, dan beban-beban [dosa yang lain] di samping
beban-beban mereka sendiri.”) merupakan kabar tentang para penyeru kekafiran
dan kesesatan bahwa mereka menanggung dosa-dosa diri mereka sendiri dan
dosa-dosa orang lain pada hari kiamat disebabkan upaya mereka menyesatkan
manusia, tanpa sedikit pun mengurangi dosa-dosa mereka.[2]
sebagaimana firman Allah yang
artinya: “[Ucapan mereka] menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan
sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka
sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun [bahwa mereka disesatkan]…. “
(an-Nahl: 25)
Diriwayatkan bahwa dalam sebuah
haditsshahih dijelaskan: “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya hingga hari kiamat
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada
kesesatan, dia akan mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka.”
Dalam hadits lain yang shahih juga:
“Tidak ada satu jiwa pun yang terbunuh kecuali anak Adam yang pertama akan
menanggung darahnya. Karena dialah yang pertama kali melakukan pembunuhan.”
Firman Allah: وَلَيُسْأَلُنَّيَوْمَالْقِيَامَةِعَمَّاكَانُوايَفْتَرُونَ (“Dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat
tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” Yakni mereka dustakan, dan omong
kosong yang membuat mereka buat. Tentang hal ini, terdapat bukti kuat dalam
haditsshahih:
“Sesungguhnya seseorang akan
didatangkan berbagai kebaikan seberat gunung pada hari kiamat. Dia berbuat
dhalim kepada ini, mengambil harta yang itu serta melanggar kehormatan ini.
Lalu yan ini akan mengambil kebaikannya dan yang ini akan mengambil kebaikannya
juga. Jika tidak ada lagi yang tersisa satu kebaikanpun pada dirinya, maka ia
akan disiksa dengan [sebab] keburukan mereka, hingga dilemparkan di atasnya.”
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 14
وَلَقَدْأَرْسَلْنَانُوحًاإِلَىقَوْمِهِفَلَبِثَفِيهِمْأَلْفَسَنَةٍإِلَّاخَمْسِينَعَامًافَأَخَذَهُمُالطُّوفَانُوَهُمْظَالِمُونَ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,
maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka
mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.
Tafsir Jalalain: وَلَقَدْأَرْسَلْنَانُوحًاإِلَىقَوْمِهِ
(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
Nuh kepada kaumnya) sewaktu Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ia berumur empat
puluh tahun atau lebih dari itu فَلَبِثَفِيهِمْأَلْفَسَنَةٍإِلَّاخَمْسِينَعَامًا
(maka ia tinggal di antara mereka
selama sembilan ratus lima puluh tahun) seraya menyeru mereka untuk
mentauhidkan Allah, tetapi mereka yakni kaumnya, tetap mendustakannya.
فَأَخَذَهُمُالطُّوفَانُ (Maka mereka ditimpa banjir besar) yaitu, air bah yang
sangat tinggi sehingga tenggelamlah mereka semuanya وَهُمْظَالِمُونَ
(dan mereka adalah orang-orang yang zalim) maksudnya adalah orang-orang yang
menyekutukan Allah.
Tafsir Ibnu Katsir: Ayat ini merupakan hiburan dari Allah kepada hamba dan
Rasul-Nya, Muhammad, dengan mengabarkan tentang Nuh as. yang tinggal bersama
kaumnya selama itu guna mengajak mereka kepada jalan Allah, siang dan malam,
secara rahasia dan terang-terangan. Di samping itu, semuanya tidak menambah
mereka kecuali semakin lari dari kebenaran, menentang dan mendustakannya serta
tidak ada seorang pun yang beriman kecuali sedikit saja.[3]
Untuk itu Allah berfirman: فَلَبِثَفِيهِمْأَلْفَسَنَةٍإِلَّاخَمْسِينَعَامًافَأَخَذَهُمُالطُّوفَانُوَهُمْظَالِمُونَ
(“Maka ia tingga di antara mereka
seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka, mereka ditimpa banjir besar dan
mereka adalah orang-orang yang dhalim.”) yaitu setelah masa yang cukup panjang
tersebut, penyampaian dan peringatan ini tidak dapat merubah mereka.
sedangkan engkau hai Muhammad
jangan menyesali kaummu yang mengingkarimu dan jangan berduka cita karena
mereka. karena sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya serta menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Di tangan-Nya lah
seluruh urusan dan hanya kepada-Nya seluruh perkara dikembalikan.
“Sesungguhnya orang-orang yang
telah pasti terhadap mereka kalimat Rabbmu, tidaklah akan beriman, meskipun
datang kepada mereka segala macam keterangan….” (Yunus: 96-97). Ketahuilah,
sesungguhnya Allah akan memenangkan, membantu dan mendukungmu, serta
menghinakan musuhmu, merendahkan dan menjadikan mereka berada di tempat yang
paling rendah serendah-rendahnya.
Hamad bin Salamah berkata, bahwa
Ibnu ‘Abbas berkata: “Nuh diutus saat berumur 40 tahun dan tinggal bersama
kaumnya selama 950 tahun serta hidup setelah banjir selama 60 tahun hingga
makin banyak manusia yang tersebar.”
Tafsir Surah Al-Ankabut
Ayat 15
فَأَنجَيْنَاهُوَأَصْحَابَالسَّفِينَةِوَجَعَلْنَاهَاآيَةًلِّلْعَالَمِينَ
Terjemahan: Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera
itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.
Tafsir Jalalain: فَأَنجَيْنَاهُ (Maka Kami selamatkan dia) Nabi Nuh وَأَصْحَابَالسَّفِينَةِ (dan penumpang-penumpang bahtera itu) yang bersama Nabi Nuh
di dalam bahtera وَجَعَلْنَاهَاآيَةً (dan Kami jadikan peristiwa itu tanda) pelajaran لِّلْعَالَمِينَ
(bagi semua umat manusia) yang datang sesudah mereka, jika mereka berbuat
durhaka kepada Rasul-rasul mereka. Setelah peristiwa banjir besar itu Nabi Nuh
hidup selama enam puluh tahun atau lebih, sehingga jumlah manusia menjadi
banyak.
Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: فَأَنجَيْنَاهُوَأَصْحَابَالسَّفِينَةِ
(“Maka Kami selamatkan Nuh dan
penumpang-penumpang bahtera itu.”) yaitu orang-orang yang beriman kepada Nuh
as. Masalah ini telah diceritakan panjang lebar dalam surah Huud.[4]
وَجَعَلْنَاهَاآيَةًلِّلْعَالَمِينَ (“Dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat
manusia.”) yaitu Kami jadikan bahtera itu tetap ada bendanya sebagaimana yang
dikatakan oleh Qatadah bahwa bahtera itu tetap ada pada permulaan Islam di atas
gunung al-Judi atau tetap ada semacamnya sebagai peringatan terhadap nikmat-nikmat
yang diberikan kepada makhluk-Nya, bagaimana Dia selamatkan mereka dari banjir
besar.
Dan ini merupakan penyebaran
[peralihan] gambaran pada jenis. Seperti firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan
Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan.” (al-Mulk: 5)
yaitu Kami jadikan bentuknya sebagai pengusir yang dapat melempar syaitan. Dia
bukanlah hiasan langit, dan Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari suatu saripati [berasal] dari tanah. Kemudian Kami jadikan
seripati itu air mani [yang disimpan] dalam tempat yang kokoh [rahim].”
(al-Mukminuun: 12-13). Banyak pandangan dalam masalah ini. Ibnu Jarir berkata:
“Seandainya dikatakan, ‘Sesungguhnya dlamirdalam firman-Nya: waja’alnaaHaa;
kembali pada siksaan, niscaya itu lebih tepat, wallaaHua’lam.
Tafsir Kemenag: Allah menyelamatkan Nuh dan para pengikutnya dengan
sebuah perahu yang telah dibuatnya. Adanya bahtera Nabi Nuh menjadi contoh dan
pengajaran bagi orang sesudahnya, karena ia terdampar masih dalam keadaan utuh
di sebuah bukit yang bernama Bukit Judi.
Perahu Nabi Nuh sampai beberapa
lama masih dapat disaksikan oleh orang yang berkunjung ke sana dalam keadaan
utuh. Hal ini menyadarkan orang kepada nikmat Allah yang diturunkan-Nya kepada
orang beriman dengan menyelamatkan mereka dari bahaya banjir. Hal demikian
dinyatakan dalam ayat lain yang berbunyi:
Sesungguhnya ketika air naik
(sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal. Agar Kami
jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh
telinga yang mau mendengar. (al-haqqah/69: 11-12)
Pelajaran yang dapat dipetik dari
kisah di atas ialah bahwa para rasul sesudah Nuh tidak perlu merasa sedih
karena keingkaran kaumnya menerima kebenaran wahyu yang dibawanya. Siksaan dan
halangan dari kaum kafir dan musyrik yang tidak senang kepada Islam merupakan
peringatan bagi orang yang beriman bahwa sekalipun orang-orang musyrik itu
menyiksa dan menyakiti mereka di dunia, namun pada akhirnya semuanya akan
kembali juga kepada Tuhan.
Orang-orang musyrik itu kembali
dengan menemui malapetaka dan kesengsaraan dalam neraka yang menyala-nyala,
sedang orang beriman dan sabar dalam menghadapi penderitaan itu kembali ke
tempat yang mulia dengan penuh pertolongan Allah.
Demikianlah pelajaran dari kisah
Nabi Nuh. Orang kafir yang selama ini menyakiti Nuh dan kaumnya pada akhirnya
ditenggelamkan Tuhan dengan banjir, tetapi orang beriman bersama Nuh selamat,
berlayar di atas kapal. Kesabaran Nuh berdakwah dalam masa yang lama itu
hendaknya dijadikan pelajaran bagi setiap juru dakwah. Bahkan, seharusnya kita
yang lebih besar memiliki rasa kesabaran dari Nuh, sebab umur dan usia kita
berdakwah tidaklah sepanjang usia Nabi Nuh.
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 16
وَإِبْرَاهِيمَإِذْقَالَلِقَوْمِهِاعْبُدُوااللَّهَوَاتَّقُوهُذَلِكُمْخَيْرٌلَّكُمْإِنكُنتُمْتَعْلَمُونَ
Terjemahan: Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya:
“Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Tafsir Jalalain: وَ (Dan) ingatlahإِبْرَاهِيمَإِذْقَالَلِقَوْمِهِاعْبُدُوااللَّهَوَاتَّقُوهُ(Ibrahim ketika ia berkata kepada kaumnya, “Sembahlah Allah
dan bertakwalah kalian kepada-Nya!) takutlah kalian akan azab dan hukuman-Nya. ذَلِكُمْخَيْرٌلَّكُمْ (Demikian itu lebih baik bagi kalian) daripada apa yang
sekarang kalian kerjakan yaitu menyembah berhala إِنكُنتُمْتَعْلَمُونَ (jika kalian mengetahui) mana yang baik dan mana yang
tidak baik.
Tafsir Ibnu Katsir: Allah mengabarkan tentang hamba, Rasul dan Khalil-Nya,
Ibrahim as. imamnya orang-orang hanif, bahwa dia menyeru kaumnya untuk
beribadah kepada Allah Mahaesa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, ikhlas
kepada-Nya dalam takwa dan mencari rizky-Nya Yang Mahaesa, tidak ada sekutu
bagi-Nya serta mengesakan-Nya dalam rasa syukur. Maka dia berkata kepada
kaumnya:[5]
اعْبُدُوااللَّهَوَاتَّقُوهُ
(“Beribadahlah kamu kepada Allah dan
bertakwalah kepada-nya. ذَلِكُمْخَيْرٌلَّكُمْإِنكُنتُمْتَعْلَمُونَ
(“Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.”) yaitu jika kalian melakukan hal itu, kalian
akan memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 17
إِنَّمَاتَعْبُدُونَمِندُونِاللَّهِأَوْثَانًاوَتَخْلُقُونَإِفْكًاإِنَّالَّذِينَتَعْبُدُونَمِندُونِاللَّهِلَايَمْلِكُونَلَكُمْرِزْقًافَابْتَغُواعِندَاللَّهِالرِّزْقَوَاعْبُدُوهُوَاشْكُرُوالَهُإِلَيْهِتُرْجَعُونَ
Terjemahan: Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah
berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu
tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah,
dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan
dikembalikan.
Tafsir Jalalain: إِنَّمَاتَعْبُدُونَمِندُونِاللَّهِ(Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) أَوْثَانًاوَتَخْلُقُونَإِفْكًا (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian
mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah.
إِنَّالَّذِينَتَعْبُدُونَمِندُونِاللَّهِلَايَمْلِكُونَلَكُمْرِزْقًا (Sesungguhnya yang kalian. sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu
memberi rezeki kepada kalian فَابْتَغُواعِندَاللَّهِالرِّزْقَ
(maka mintalah rezeki di sisi Allah)
yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya وَاعْبُدُوهُوَاشْكُرُوالَهُإِلَيْهِتُرْجَعُونَ (dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya
kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan).
Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah Ta’ala mengabarkan bahwa berhala-berhala
yang kalian sembah tidak akan mencelakakan dan tidak akan memberikan manfaat.
Kalian hanya membuat-buat nama baginya, lalu kalian namakan sebagai tuhan,
padahal ia diciptakan seperti kalian. Demikianlah yang diriwayatkan oleh al-‘Aufi
dari Ibnu ‘Abbas dan itulah yang dikatakan Mujahid dan as-Suddi.[6]
Al-Wali meriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas: “Kalian membuat kedustaan, yaitu kalian membuat patung-patung.”
Demikian yang diriwayatkan oleh Mujahid, ‘Ikrimah, al-Hasan, Qatadah dan selain
mereka telah dipilih oleh Ibnu Jarir. Berhala-berhala itu tidak dapat
memberikan rizky kepada kalian. فَابْتَغُواعِندَاللَّهِالرِّزْقَ (“Maka mintalah rizky itu dari sisi Allah.”) seperti
firman Allah: إِيَّاكَنَعْبُدُوَإِيَّاكَنَسْتَعِينُ(“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu
lah kami memohon pertolongan.” (al-Faatihah: 5).
Untuk itu Dia berfirman: فَابْتَغُوا(“Maka
mintalah,”) yaitu carilah, عِندَاللَّهِالرِّزْقَ
(“rizky itu dari sisi Allah,”) bukan
dari yang selain-Nya. karena selain Dia tidak memiliki sesuatu sedikitpun.
وَاعْبُدُوهُوَاشْكُرُوالَهُ (“Dan beribadahlah kamu kepada-Nya serta bersyukurlah
kepada-Nya.”) yaitu makanlah kalian kalian dari rizky-Nya dan beribadahlah
kalian kepada-Nya semata serta bersyukurlah kepada-Nya semata serta
bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat yang diberikan-Nya kepada kalian. إِلَيْهِتُرْجَعُونَ
(“Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.”) yaitu pada hari kiamat. Lalu
Dia membalas setiap pelaku sesuai dengan amalnya.
Tafsir Surah Al-Ankabut Ayat 18
وَإِنتُكَذِّبُوافَقَدْكَذَّبَأُمَمٌمِّنقَبْلِكُمْوَمَاعَلَىالرَّسُولِإِلَّاالْبَلَاغُالْمُبِينُ
Terjemahan: Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang
sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain
hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya”.
Tafsir Jalalain: وَإِنتُكَذِّبُوا
(Dan jika kalian mendustakan) aku,
hai penduduk Mekah فَقَدْكَذَّبَأُمَمٌمِّنقَبْلِكُمْ
(maka umat sebelum kalian juga telah
mendustakan) umat-umat sebelumku. وَمَاعَلَىالرَّسُولِإِلَّاالْبَلَاغُالْمُبِينُ (Dan kewajiban Rasul itu tidak lain hanyalah menyampaikan
agama Allah dengan seterang-terangnya”) dengan penyampaian yang
sejelas-jelasnya. Pada kedua kisah ini terkandung makna yang dapat menghibur
hati Nabi saw. dan Allah berfirman kepada kaumnya,.
Tafsir Ibnu Katsir: وَإِنتُكَذِّبُوافَقَدْكَذَّبَأُمَمٌمِّنقَبْلِكُمْ
(“Dan jika kamu mendustakan, maka
umat sebelum kamu juga telah mendustakan.”) yaitu telah sampai beritanya kepada
kalian tentang siksaan dan hukuman yang menimpa mereka dengan sebab menyelisihi
para Rasul.[7]
وَمَاعَلَىالرَّسُولِإِلَّاالْبَلَاغُالْمُبِينُ
(“Dan kewajiban para rasul itu tidak
lain hanyalah menyampaikan dengan seterang-terangnya.”) yaitu kewajiban Rasul
hanyalah menyampaikan kepada kalian risalah yang diperintahkan oleh Allah.
Sedangkan Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberikan petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Maka bersemangatlah kalian untuk menjadi
orang-orang yang bahagia.
Makna yang jelas dari rangkaian
kalimat tersebut bahwa semua itu merupakan kata-kata Ibrahim al-KhalilullaaH
yang digunakannya sebagai hujjah kepada mereka untuk menetapkan hari kembali,
karena firman-Nya setelah ini: فَمَاكَانَجَوَابَقَوْمِهِ
(“Maka tidak ada jawaban dari
kaumnya.”) wallaaHua’lam.
[1]A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 649
[2] A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 650
[3] A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 651
[4] A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 652
[5] A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 653
[6] A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 654
[7] A. MudjabMahali,
Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Quran, (Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002 ), hlm. 655
Komentar
Posting Komentar